KILASGARUTNEWS.id|Dalam beberapa tahun terakhir, banyak fenomena negatif yang terjadi di kalangan para pelajar yang menunjukkan kemerosotan moral dan etika. Saat ini, di kalangan pelajar sering terjadi tindak kriminal dan asusila seperti tawuran antar pelajar, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pelecehan seksual, dan lain sebagainya. Fenomena ini tidak hanya terjadi di luar lingkungan sekolah, tetapi juga sudah marak terjadi di dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Tidak jarang kita masih menjumpai tindakan-tindakan bullying di antara sesama siswa, serta menurunnya rasa hormat kepada guru. Kondisi ini tentunya sangat memprihatinkan karena berdampak pada penurunan kualitas generasi muda Indonesia.
Penurunan moral dan etika di kalangan pelajar merupakan salah satu imbas dari pengaruh globalisasi serta pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Berbagai macam informasi dan budaya asing saat ini dengan sangat mudah diakses oleh siapa saja, termasuk pelajar. Walaupun globalisasi membawa banyak kemudahan dan manfaat, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia juga membawa nilai-nilai budaya luar yang tidak selalu sejalan dengan budaya bangsa Indonesia. Para pelajar yang masih berada dalam masa pencarian jati diri dan belum memiliki filter yang kuat cenderung lebih mudah meniru gaya hidup bebas yang ditampilkan melalui media sosial dan internet.
Namun demikian, globalisasi bukanlah satu-satunya faktor penyebab menurunnya moral dan etika para pelajar. Faktor utama lainnya adalah peran keluarga, khususnya orang tua, serta sistem pendidikan di sekolah. Keluarga merupakan pondasi utama dalam pembentukan karakter anak. Kurangnya perhatian, pengawasan, dan pendidikan nilai-nilai moral dari orang tua membuat anak-anak lebih rentan terhadap pengaruh buruk dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, peran orang tua dalam memberikan contoh perilaku yang baik, membangun komunikasi yang efektif, serta memberikan perhatian penuh terhadap perkembangan anak sangatlah penting.
Selain keluarga, sekolah juga memiliki peran besar dalam membentuk moral dan etika pelajar. Guru bukan hanya berfungsi sebagai pengajar mata pelajaran akademik, tetapi juga sebagai pendidik moral. Sistem pendidikan yang hanya berfokus pada capaian akademik tanpa memperhatikan pembentukan karakter membuat banyak pelajar kehilangan arah dalam membangun nilai-nilai positif dalam diri mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan metode pendidikan yang holistik, yaitu pendidikan yang tidak hanya menitikberatkan pada aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik, yang bertujuan untuk membentuk pribadi yang berkarakter.
Apabila penurunan moral dan etika ini terus dibiarkan tanpa adanya upaya nyata dari berbagai pihak, maka dampaknya akan sangat serius bagi masa depan bangsa. Para pelajar saat ini adalah generasi penerus yang akan menentukan arah bangsa di masa yang akan datang. Jika generasi muda kehilangan arah moral, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang egois, tidak bertanggung jawab, mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif, dan pada akhirnya tidak mampu berkontribusi secara positif di masyarakat.
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan kerja sama dari semua pihak: keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Orang tua dan guru harus lebih aktif membangun komunikasi dan kedekatan emosional dengan anak-anak dan peserta didik. Kedekatan ini sangat penting untuk menciptakan rasa percaya, sehingga pelajar merasa nyaman untuk berbagi masalah dan mendapatkan bimbingan yang benar. Selain itu, sekolah juga perlu mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kurikulum serta membangun lingkungan sekolah yang kondusif, aman, dan menyenangkan.
Pemerintah pun perlu mendukung upaya ini dengan membuat kebijakan yang mendorong pendidikan moral, serta membatasi akses pelajar terhadap konten-konten negatif di internet. Di sisi lain, pelajar itu sendiri harus mulai menyadari pentingnya menjaga moral dan etika, karena masa depan mereka, dan juga masa depan bangsa ini, berada di tangan mereka sendiri.
Dengan kerja sama yang kuat dari semua pihak, kita dapat berharap lahirnya generasi muda Indonesia yang cemerlang, berkarakter kuat, bermoral tinggi, serta mampu menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang beradab.
Sumber: Artikel Dimas Ramdhan Syaputra siswa SMAN 19 Garut