Kilas Garut News – Salah satu upaya yang dilakukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Garut dalam waktu dekat akan melakukan gerakan konsumsi satu hari satu telur ayam. Gerakan ini diharapkan dapat dilakukan di semua daerah di Kabupaten Garut.
Demikian benang merah dari diskusi pada rapat evaluasi intervensi stunting bersamaan dengan kegiatan Diseminasi Hasil Penelitian “Model Penanganan Stunting dengan Integrasi Program WASH dan Kecacingan : Intervensi Literasi, Pemberian Makanan Tambahan dan Peran Pemangku Kebijakan di Kabupaten Garut”, di Rumaha Makan Pujasega, Jalan Otto Iskandar Dinata, Kecamatan Tarogong Kaler, Rabu (15/12/2021). Acara dibuka resmi Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, Suherman, digagas oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Garut bersama Litbangkes (Penelitian Pengembangan Kesehatan) Pangandaran.
Menindaklanjuti imbauan Wakil Bupati Garut, dr. Helmi Budiman, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut diharapakan dapat mempromosikan kepada masyarakat, terkait salah satu upaya percepatan penurunan stunting, yaitu dengan memakan sebutir telur setiap hari selama 6 bulan.
Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, Suherman, menerangkan, pihaknya mendorong agar masyarakat mau mengkonsumsi telur, meski untuk mewujudkannya perlu terus digaungkan, apalagi di kalangan masyarakat masih ada stigma negatif dalam mengkonsumsi telur.
“Sebagian masyarakat, lebih suka menjual telur diganti dengan ikan asin. Bahkan ada anggapan terlalu banyak makan telur bisa bisulan,” ucap Suherman di hadapan peserta dari SKPD terkait, termasuk Dinas Kominfo.
Litbangkes Pangandaran beberapa waktu lalu merekomendasikan tiga rekomendasi yang bertajuk “Policy Brief” sebagai upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Garut. Rekomendasi ini adalah kesimpulan dari penelitian yang dilaksanakan selama kurang lebih 10 bulan di Kelurahan Sukanegla, Kecamatan Garut Kota, dan Desa Wanajaya, serta Desa Sindangmekar Kecamatan Wanaraja pada Februari 2021 hingga November 2021.
Salah satu rekomemdasi yang disodorkan adalah mengkonsumsi sebutir telur setiap hari, sebagai intervensi yang sangat efektif dan terjangkau dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, dr. Tri Cahyo Nugroho, menyatalan, di samping kurangnya pengetahuan sebagian masyarakat, ditengarai perubahan perilaku menjadi pemicu angka stunting di Kabupaten Garut. Karenanya, perubahan perilaku menjadi hal yang sangat penting dalam upaya pencegahan stunting.
Ia memaparkan, perilaku masyarakat yang bisa memicu terjadinya stunting, misalnya, perilaku yang kurang baik dalam pola hidup, pola makan, dan pola pengasuhan anak.
“Untuk mengubah perilaku masyarakat agar suka makan telur menjadi tindakan efektif dalam upaya intervensi stunting,” terangnya.
Ia berharap TPPS nanti bisa satu langkah dalam upaya mengatasi stunting, karena saat ini kegiatan bukan lagi urusan penguatan kapasitas, tapi sudah memasuki fase implementasi.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Bubu Burhanudin Apip, menjelaskan, pihak DPPKBPPPA kini terus berbenah dalam upaya percepatan penurunan stunting. Salah satunya melakukan rekrutmen Tim Pendamping Keluarga sebanyak 5.973 tersebar di 442 desa dan Kelurahan yang tergabung dalam Tim Pendamping Percepatan Penurunan Stunting sebanyak 1.991 Tim, di mana saat ini sudah memasuk tahap orientasi kegiatan TPK dan pemberian paket data dari tingkat Provinsi Jawa Barat. Pihaknya, selain menyiapkan hampir 5.973 Kader desa, juga mengalokasikan anggaran paket penyediaan data.
“Sekitar 1.991 TPPS tingkat desa kami berikan pulsa dari paket penyediaan data dengan total anggaran sebesar 7 miliar rupiah untuk kegiatan pelaporan pendampingan. Insya Allah pada pertengahaan bulan Januari 2022 sudah bisa berjalan,” ujarnya.(Deden Kurnia*).