Kilas Garut News – Akhir-akhir ini, kelangkaan dan mahalnya minyak goreng menjadi fenomena yang banyak menyita perhatian masyarakat. Pemerintah telah menempuh berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya, pada awal bulan Januari 2022 pemerintah menetapkan kebijakan subsidi harga minyak goreng. Namun kebijakan itu justru membuat stok minyak goreng di pasaran semakin langka dan mahal.
Hal ini berpengaruh kepada pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang dikonsumsi oleh masyarakat setiap hari. Kelangkaan dan mahalnya minyak goreng ini dikeluhkan oleh masyarakat, terutama Ibu-ibu rumah tangga. Hampir di berbagai daerah di Indonesia, di setiap Minimarket terjadi fenomena baru di mana Ibu-ibu rumah tangga rela antri sejak pagi demi untuk mendapatkan minyak goreng. Bahkan truk kontainer yang baru saja tiba di beberapa Minimarket langsung diserbu Ibu-ibu rumah tangga.
Hal senada, fenomena ini terjadi pula di kota Garut. Ibu-ibu rumah tangga mengantri di bahu jalan pusat kota Garut sepanjang kurang-lebih 1,5 KM tepatnya di Jl. Ahmad Yani menuju Jl. Ciledug dengan tujuan Yomart. Selain itu juga terjadi di Jl. Siliwangi menuju sebuah Supermarket Yogya yang antriannya sampai ke pusat Alun-alun Kota. Mereka mengantri dengan tidak mengindahkan protokoler Kesehatan. Mereka mengantri dengan jarak yang berdempetan, tak sedikit ada yang tidak mengenakan masker dan ada pula yang membawa anak kecil hanya demi mendapatkan paling banyak 4 Liter minyak goreng. Itu pun
kalau kebagian. Tak sedikit dari mereka yang pulang dengan tangan kosong karena minyak gorengnya habis. Mereka rela mengantri dari pagi. Hal itu terlihat dari barisan pertokoan yang masih tutup.
Dari fenomena dua kasus di atas, yang menjadi pertanyaan adalah:
Pertama, bagaimana pola pikir Ibu-ibu rumah tangga yang rela mengantri berjam-jam lamanya tanpa mengindahkan keselamatan dirinya, keluarganya dan masyarakat umum, terlebih di masa pandemi ini? Hal ini jika dibiarkan, tentunya usaha pemerintah untuk megurangi bahkan mengusir Virus yang sekarang dikenal dengan “Omicron” akan menjadi usaha yang sia-sia belaka, bahkan justru akan menambah meningkatnya penyebaran virus tersebut.
Kedua, apakah mereka benar-benar tidak mempunyai stok minyak goreng? Mereka yang mengantri dan mengkonsumsi minyak goreng kemasan mayoritas adalah kalangan masyarakat kelas menengah, bukan kalangan bawah. Logikanya berapa biaya akomodasi dan biaya lainnya yang harus mereka keluarkan untuk menuju Minimarket atau Supermarket tersebut. Tentunya ini tidak dilakukan oleh kalangan mayoritas masyarakat kelas bawah. Hal ini pun akan menjadi pertimbangan masyarakat kelas bawah. Selain itu, menurut Saya mereka rela mengantri untuk mencari minyak goreng dengan harga murah. Karena di pasar pun masih banyak stok minyak goreng. Bahkan, di warung di sebelah rumah pun selalu ada stok minyak goreng, hanya saja harganya mahal. Atau dengan istilah Saya “Siapa berani dengan harga, stok minyak goreng tersedia”.
Menurut Saya fenomena Ibu-ibu rumah tangga antri dan menyerbu Minimarket dan Supermarket untuk mendapatkan minyak goreng dengan harga murah ini justru masalahnya akan berkepanjangan. Minyak goreng akan tetap langka dan mahal. Karena yang mengantri
sebagaian besar masih orang itu-itu saja. Ada Kasus seorang Ibu mengantri dan mendapatkan satu kemasan minyak goreng. Kemudian dia menyuruh anaknya untuk mengantri dan mendapatkan lagi satu kemasan minyak goreng. Dengan demikian distribusi atau pembagian tidaklah merata dan jauh dari perinsip berkeadilan. Dalam arti lain ada yang kebagian banyak hingga menumpuk dan ada yang tidak kebagian sama sekali.
Untuk itu pemerintah harus segera mengambil langkah Pro-aktif, efektif dan solutif guna menyelesaikan polemik ini. Maksudnya pemerintah harus mengambil langkah nyata, cepat, tepat sasaran, berperinsip keadilan dan dapat memecahkan masalah, bukan justru malah mengundang masalah baru. Apalagi kurang dari hitungan bulan akan segera tiba bulan Ramadhan, yang tentunya permintaan masyarakat terhadap minyak goreng akan semakin meningkat. Kemudian yang sangat penting lagi fokus utamanya harus kepada masyarakat kalangan kelas menengah ke bawah.
Selain dari langkah pemerintah guna keluar dari kemelut kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng ini, sangat diperlukan pula adanya kerja sama dari masyarakat. Usaha pemerintah tidak akan berhasil jika masyarakatnya tidak mau diajak kerja sama. Bentuk kerja sama yang dapat dilakukan masyarakat, khususnya Ibu-Ibu rumah tangga yaitu dengan tidak melakukan hal-hal di luar kewarasan akal yang dapat membahayakan diri, keluarga dan tentunya masyarakat umum. Salah satunya mengantri atau berkerumun dengan tidak memperhatikan protokol Kesehatan.
Jika Kerjasama pemerintah dan masyarakat sinergis sesuai, maka hal tersebut sesuai dengan konsep Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship education) yang beberapa kajiannya meliputi pemerintahan, konstitusi, hak dan kewajiban warga negara serta partisipasi warga negara. Dalam arti pemerintah berusaha menyelesaikan kelangkaan dan mahalnya minyak
goreng dengan membuat kebijakan atau regulasi (peraturan) melalui konstitusi. Sementara itu partisipasi warga negara diwujudkan dengan menjadi warga negara yang baik (a good citizenship) yang bisa melaksanakan kewajibannya, yaitu mematuhi kebijakan atau peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Dengan demikian masyarakat bisa mendapatkan haknya untuk mendapatkan minyak goreng dengan harga terjangkau dan mudah.
Untuk itu mari kita semua berpartisipasi dengan bersedia bekerjasama dengan pemerintah yang sedang berusaha memecahkan masalah kelangkaan dan mahalnya harga minyak goreng ini dengan harapan semoga minyak goreng tidak mengalami kelangkaan dan harganya Kembali stabil, sehingga dapat terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.
PROFIL PENULIS
Nama : Dewi Nuraini
Alamat : Citeguh Tenjowaringin Salawu Tasikmalaya
No Hp : 0853 1465 0094
Pekerjaan : ASN (Guru Mata Pelajaran PPKn)
Email : dewinuraini0102@gmail.com
Akun Instagram : @dewi_nuraini20